In Action

KOKIKATUR

Disclaimer : Jika gambar ini terdapat kemiripan suku, agama, ideologi bahkan kesamaan kelamin. Silakan ditertawakan saja.

KPK in Action

KPK in Action
Ketua KPK dan Kokiktur di markas Slank, Gg. Potlot. 16/4/08

Prabukoki - Slank - KPK

Prabukoki - Slank - KPK
The show must go on. Go... go... go...!

29 Agustus 2007

Jika Anggota Dewan Berobat ke Dukun

Ce`se, kamsya, thankyou very much. Matur nuwun. Arigato haik.. Wokeh…. Memenuhi permintaan pecinta koki di seluruh dunia.

Sebagai anggota DPR (Dasar Prabu Reseh, tulis FRD-Maryland), minggu lalu aku mengunjungi dukun modern. (meski profilku modern aku tetap menyukai klenik). Disamping mau nanya tentang prospekku di pemilu 2009 nanti, sekalian untuk mengobati engkel lenganku yg keseleo akibat main golf.

Dukunku ini sebetulnya bertitel Doktor (Sertifikat UCLA dibingkai dgn manis didindingnya), dengan penampilan mirip Ki Jaka Bodong. Namun juga sangat fashionable ala Dedy Corbuser. Dengan style seperti itu maka ia sangat bangga jika dipanggil Oom doktor ilisionisthipnosiskuntilanak. Sebagai dokter eh dukun modern propertinya bukan berupa keris dan kemenyan, melainkan sebuah laptop dan seperangkat mesin printer dgn speck 1001 al in 1. Aku namai demikian karena memang hyper canggih; bisa memfoto benda dari 2D hingga 6D, maupun mendeteksi tentang kentut yg telah dipaparkan scr ilmiah oleh seleb koki tempo hari.

Sampai di ruang prakteknya, sampel urineku yg ada di botol kecil (preparat) kumasukan ke lubang mesin yg mirip ATM di bank. Lalu kulihat Oom Ilisionistku berkomat-kamit di depan laptopnya dan semenit kemudian keluar prinout dengan diagnosa: “Kurangi main golf. Jika mau sembuh istirahat 3 minggu”. Busyet, Hebat pisan euy, komentarku.

Pengalaman ini lalu kuceritakan ke sejawatku (anggota DPR). Dasar typikal angota dpr yg maunya borongan agar bisa menghemat anggaran, maka dikumpulkanlah sejumlah urine dari 549 anggota (yg satu kan udah tadi). Dengan mobil dewan, aku dan sejawat meluncur ke padepokan Aa, eh Oom doktor. Sampai di ruang prakteknya, sample urine kumasukkan ke mesin, dan semenit kemudian printout keluar dgn diagnosa: “Segera percepat pemilu 2009, jika Indonesia ingin makmur. Sebab 549 Angota DPR ini telah terkena wabah Budeg, Tuli, Buta, Korup, Hilang urat malunya, Terkontaminasi HIV, raja singa, suka artis mesum.....

(Zev..tuoloooong ! kertas struknya masih terus keluar dari mesin, panjang buaaanget nih... penyakitnya mengerikan...... help me, for reading......)

Ikut Sidang Komisi

Buat Zev n pecinta Koki di seluruh dunia.
Benar apa yg ditulis Josh di koki, laptop bagi wakil rakyat itu manfaatnya lebih besar dp mudaratnya. Cuma persoalannya, seperti di ungkap pakar telematika di negeri ini Roy Martin eh Suryo, apakah para angota itu dapat mengoperasikan dengan optimal laptopnya?

Kemarin aku ikut sidang komisi di DPR. Beginilah nasib kalau memiliki banyak kawan dari berbagai kalangan, banyak menguntungkan dan dapat langsung membuktikan apa yg dikuatirkan para pengamat umumnya. Meskipun jabatanku cuma kacungnya seorang anggota DPR, tapi jgn salah, aku bisa duduk disini dan merasa tehormat..he..he (nih, dengerin sapaan khas pimpinan sidang: “para anggota sidang yg terhormat...”).

Nah, para anggota legislatif ini kan keren2 dgn pantalon dan dasi, jadi akan jatuh kredibilitasnya jika menjinjing laptop (ntar dikirain NGO eropa). Maka jika kemarin tugasku membawa 4 ponselnya, kini tugasku bertambah dengan menjinjing laptop dan mini printer. Meskipun kacung, aku bangga dan berusaha menyelesaikan tugasku dgn sempurna (sesuai nasehat eyang WES).

Sampai di dalam ruang sidang, maka aku taruh laptop dan mni printer di meja. Setelah kurasa semua property milik juraganku yg anggota DPR itu tertata rapi, aku persilakan beliau untuk menempati kursinya.

Eh, disela-sela sidang keonaran terjadi. My boss teriak2 marah: “Dasar laptop idiot The Malaysian people is bullshit!” Aku yg duduk disampingnya kaget , merasa malu dan takut jika naruh laptopnya kurang memuaskan.

Aku bertanya pelan: “Maaf. Ada apa bapak kok marah2?” Namun justru ia berkata setengah berteriak: “Your job is good.. Cuma ini laptop bloon banget, masa setiap mau ngeprint selalu muncul “`Can’t Find Printer”, padahal kan sudah ada disampingnya!!!”
:-(

19 Agustus 2007

Kartun, Cartoon n Karikatur Samimawon

Hai Zev dan pecinta (dulu pembaca) Community Kompas di jagad maya.

Kalo boleh dibilang dalam sejarah Koki, gambar kartun “17-an di Republic Koki’, merupakan edisi perdana sekaligus terobosan baru bagi Kolom Kita yg dimoderatori si cantik Zeverina.

Kartun edisi perdana yg di isi oleh seleb2 Koki macam JC yg berlari sambil teriak “Hoyee … Meldeka!!”, juga Mbah MD yg jawara satu balap karung, lalu mbak Rin yg glayutan di atas batang pinang, serta Ayung yg terjerembab, ternyata diluar dugaan si creator, mendapat sambutan yg meriah! Padahal, si creatornya sendiri cukup debar2 saat ngirim kartun tsb ke inbox moderator. Kenapa?

Pertama, jika dimuat, si creator takut ditimpuin oleh warga Koki yg cerdas dan kritis ini. Kedua, jika tak dimuat, si creator kawatir ibu Moderator bisa kram perutnya karena nyawang (menikmati) kartun tsb sorangan wae! Nah, kan ga lucu, wuakakakkk di kamar sendirian!

Tapi sudahlah, semua dugaanku meleset!

Namun ada sejumlah catatan kecil, atas karikaturku yg telah dimuat dalam dua edisi berturut-turut. Catatan yg terpenting adalah, ternyata para selebritas koki yg diparodikan tak alergi. Mereka dengan hati girang mengucapkan terimakasih khusus lewat sms. Wah …plong rasanya dadaku! Bayanganku, sejujurnya, mereka pasti akan somasi. Atau paling sedikit protes keras (nimpuk) di Koko. Lalu ibu Moderator uring2an bagai dapat buah simalakama!!! Wah kan sedih (lage) si Prabu.

Padahal bikin sepotong karya karikatur adalah sama susahnya dengan seorang dosen menulis paper 10 halaman! Atau dalam dunia jurnalistik, sepotong karikatur sama harganya dengan tulisan opini yg dikirim oleh nara sumber yg kredibel. Artinya, karya karikatur tak lagi hanya sbg subordinasi (pelengkap penderita) artikel/tulisan. Contoh yg baik tentang hal ini adalah koran ‘Kompas “ dgn karikatur Om Pasikom. Salut buat bos, yg telah menghargai sepotong “gambar” sdh sejak lebih 35 tahun lalu. Meskipun dgn perjalanan yg tak gampang, mengalami ‘panas dingin’ saat zaman Orba.

Maksud lain dalam tulisan ini, Prabu mo ngucapin terima kasih kpd semua yg telah “membuang” waktunya hanya untuk komen gambar-kartunku. Juga bagi yg tidak komenpun, Prabu tetap komat-kamit smoga tidak ngalami kram perut. Nah, bagi yg mo orderpun, dengan senang hati diterima. Cuma, Prabu nih punya penyakit keturunan; “kadang mood kadang ilang”. Yg sdh pesan satu tahun lalupun, hinga hari ini belum di bikin. Hmm… jadi yg punya niat order, juga mesti super tabah, hehehe …

Akhirnya, Prabu mo ngutip pesan Mbah, “Bangsa yg besar adalah bangsa yg mampu mentertawakan dirinya sendiri”.